Langsung ke konten utama

Album The Alternative Milik Chelsea; Catchy Tapi Sayang Underrated!

Ledakan punk yang terjadi di Inggris pada medio 70-an, berdampak pada munculnya banyak band-band punk rock generasi pertama. Selain Sex Pistols, Buzzcocks, Generation X, The Clash dan The Damned, yang namanya sudah mentereng. Ternyata banyak band-band punk rock lainnya, yang bisa dibilang agak gurem, salah satunya; Chelsea.

Chelsea terbentuk pada 1976 di kota London, Inggris. Band ini dimotori oleh Gene October (vokal) aka John O'Hara. Setelah ditinggal oleh tiga orang personelnya, yang kemudian membentuk Generation X. Mereka langsung tancap gas, dengan melepas single perdana berjudul "Right to Work" pada 1977, melalui Step-Forward Records.

Chelsea tergolong the longest-running punk rock band. Karena sampai sekarang mereka engga pernah bubar, walau sering bergonta-ganti personel. Meski cukup produktif, tapi mereka engga pernah mencecap buah kesuksesan. Padahal materinya boleh diadu. Seperti The Alternative contohnya.

The Alternative adalah album keenam mereka. Album ini rilis pada 1993 via Alter Ego Records. Dalam album ini Chelsea beranggotakan; Gene October (vokal), Mat Sargeant (bass), Nic Austin (gitar & vokal) dan Stuart Soulsby (drum).

Dari beberapa karya mereka yang pernah saya dengar, ini merupakan album terfavorit saya. Mengapa? karena komposisinya sangat ears catching, melodius, sing along, dan gampang nempel di kepala. Secara materi, album ini juga lebih joss ketimbang Underwraps, yang rilis empat tahun sebelumnya.

Album ini direkam di Studio Blue Chip, yang berlokasi di distrik Stafford, Inggris. Dan diproduseri oleh mendiang Dave Goodman, yang namanya sudah tak asing lagi dalam dunia rekaman per-punk rock-kan Inggris. Sama halnya seperti Jerry Finn di Amerika, pada dekade 1990.

Diketahui Dave merupakan live sound engineer untuk Sex Pistols, sekaligus produser untuk tiga demo album mereka. Di samping itu Dave juga pernah bekerja sama, dengan sederet band-band punk rock lawas lainnya macam; The Vibrators, Eater, Maniacs, U.K. Subs dan lain sebagainya.

Tapi membaca judul albumnya, mungkin orang agak terkecoh ngebedain antara The Alternative dan Alternative Hits. Jadi Alternative Hits kumpulan lagu-lagu terbaik Chelsea, yang rilis pada 1980 silam. Buat kamu yang ingin mendengarkan, silahkan lihat sampulnya saja sebagai pembeda. The Alternative bergambar anak kecil yang sedang meloncat, sambil memegang raket tenis.

Album ini memuat 11 trek, sebagai berikut; “Weirdos In Wonderland”, “More Than A Giro”, “Wasting Time”, “Ever Wonder”, “Where Is Everything”, “You Can Be There To”, “What's Wrong With You”, “Oh No”, “Too Late”, “Dream Of Dreams”, dan “Ode To The Travellers”.

Intinya dari lagu pertama sampai terakhir, saya sangat menikmati. Tanpa perlu di skip atau di forward. Sepertinya materi-materi lagu di album ini, memang digarap bener-bener. Alias engga ngasal.

Meski cukup catchy, ironinya album ini justru underrated. Kadang saya mikir apa karena kurang eksposur, anggaran promosinya cekak, atau mungkin salah momentum, karena perhatian dunia saat itu sedang tertuju dengan Nirvana and the gank. Coba rilis pas Green Day melepas Dookie (Reprise, 1994), barangkali beda cerita.

Padahal The Alternative layak diganjar bintang lima lho. Akan tetapi, tidak ada satupun artikel atau ulasan yang saya temukan di jagat maya. Dan seperti judulnya, maka album ini cocok banget buat alternatif atau opsi, kalau kuping lagi jengah dengan sound-sound punk yang monoton dan raw.***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Reptil, Band Punk Lokal di Layar Kaca Era 90-an Di tengah kenaikan harga bahan pokok, anjloknya nilai tukar rupiah, dan konstelasi politik yang tak menentu pada 1998, ternyata tidak terlalu berpengaruh pada industri musik arus utama dalam negeri. Sektor ini terus menggenjot talenta-talenta baru hadir kepermukaan. Nama-nama yang sudah tersohor pun, tak ketinggalan merilis album seperti; Slank hadir dengan album Tujuh, Potret dengan Café, Jamrud dengan Terima Kasih, Kahitna dengan Sampai Nanti, Gigi dengan Kilas Balik, dan seterusnya. Album kompilasi pun marak. Seperti Metalik Klinik II, Alternatif Mania, Indie Ten, Indienesia dan lain sebagainya. Hadirnya kompilasi-kompilasi tersebut menunjukkan bila industri arus utama, juga menaruh perhatian dengan band-band sidestream . Serta menjadi bukti akan eksistensi aneka genre yang ada dalam ranah musik Tanah Air. Menariknya kompilasi-kompilasi tersebut tak hanya memuat musik rap, alternatif, funk, dan metal saja, bahkan punk pun ters...
Klöver: Punk yang Merasa Tidak Beruntung Dookie (Reprise, 1994) adalah game changer , dan itu fakta. Efeknya punk rock gold rush pun, dalam industri musik dunia tidak terhindarkan. Dan hal tersebut, tak luput jadi perhatian Mercury Records, yang ikut-ikutan merangkul band-band punk rock. Namun boro-boro menggaet band muda ─pada zaman itu─ kaya Green Day atau The Muffs, mereka malah merangkul muka-muka lama. Kok bisa? yah bisa saja, mungkin karena dilandasi persepsi kalau band-band muda tidak terlalu banyak yang tahu. Sementara kalau muka-muka lama, paling tidak mereka sudah punya nama dan disegani dalam komunitas. Jadi mengatrol namanya ngga capek-capek amat. Padahal teori begini, kadang ngga berbanding lurus dengan hasil penjualan. Singkat cerita, merapatlah Circle Jerks dan Klöver. Di sini, saya tidak perlu menjelaskan lagi Circle Jerks. Sebaliknya Klöver adalah newbie di scene punk, akan tetapi isinya muka-muka lama. Klöver adalah band punk rock supergroup asal Boston, Ma...
Punk Komedi, Bisakah Serius? Kemarin sebuah media daring musik terkemuka, mengirim unggahan berjudul Punk Komedi, Bisakah Serius? . Tapi ketika dicari di laman resmi mereka, ternyata tidak ada ulasan lebih lanjut, melainkan hanyalah konten interaktif media sosial belaka, terkait kemunculan band-band punk rock dengan esensi komedi di Tanah Air. Dinarasikan bahwa Tabraklari jadi satu dari sekian band, yang meramu musiknya demikian. Dalam artikel ini tidak membahas Tabraklari. Cuman yang disayangkan ialah, media daring itu tidak menggali pembahasan ini lebih dalam. Seandainya bila disertai ulasan yang mendetail, mungkin bisa jadi sarana edukasi. Sedikit flashback ke pertengahan dekade 1970. Tak hanya di daratan Britania, virus punk rock juga menyebar seantero Amerika. Bola salju yang digelindingkan Ramones, bergulir cepat dan kian membesar. Menyebabkan lahirnya band-band punk generasi kedua ─ menurut Keith Morris (Circle Jerks) yang bahkan memposisikan Black Flag generasi ketiga ─ ...